Minggu, 08 Februari 2009

CerPen 2

Tuhan Beri Aku Waktu...

cReate by Intan Chubby ^^



"Hmm, dengan amat menyesal, saya memberitahukan bahwa putri anda mengidap penyakit...." (of d' record ^^)

Deg..
Saat itu juga aku merasa kalau aku telah mati.
Jantungku seolah berhenti berdetak. Nafasku terhenti. Denyut nadiku tak lagi berdenyut halus.
Bagai sambaran petir di siang bolong, satu kalimat pendek yang dilontarkan dokter pada kedua orang tuaku telah menjadi vonis akhir untukku.

Aku tak ingat apa pun setelah mendengar dokter tua itu bicara. Yang kuingat, begitu kubuka mata, aku sudah terbaring di atas tempat tidurku yang sudah seminggu ini aku tinggalkan.
Atmosfer kamar ini begitu aku rindukan. Aku senang sudah ada di sini lagi. Tapi perasaanku tak tenang saat mengingat bahwa vonis yang diberikan dokter tadi bukanlah sebuah mimpi.

Mama papaku tiba-tiba sudah ada di samping tempat tidurku. Menatapku dengan mata yg lelah dan menyedihkan. Melihat itu, aku makin tersiksa. Dalam hati aku menjerit, "Tolong jangan menatapku seperti itu!!"

Mereka menatapku seolah-olah aku ini sudah terbungkus kain kafan. Tidak sadarkah mereka kalau aku masi bernafas?

Mama mengajakku bicara. Begitu pula papa. Aku ingin menjawab. Aku ingin bicara juga. Mengeluarkan semua perasaanku pada mereka. Tapi mulutku terkunci rapat. Rasanya malas dan lelah sekali untuk membuat bibirku terbuka. Aku hanya menjawab dengan tatapan kosong. Mencoba berkonsentrasi dan fokus untuk bicara dari hati ke hati pada kedua orang tuaku itu.

Tapi ternyata gagal...

Saat hatiku menjerit tak ingin mereka berdua pergi, mereka malah meninggalkanku sendirian di kamar ini.

Ada air mata yang menetes di ujung mataku.
Air mata pertama hari ini. Dan air mata kesejuta kalinya dalam hidupku.

Kugerakkan bola mataku. Berkeliling entah kemana. Mencari sesuatu untuk dilihat, untuk diamati, untuk dipikirkan.

Dua bola mata itu berhenti di tepi jendela yg tirainya sengaja dibuka lebar. Dari sana aku bisa melihat kalau saat ini malam telah menyelimuti bumi. Langit begitu gelap dan kelam. Tak ada bulan yang tertangkap oleh kedua bola mataku. Hanya pemandangan langit yang polos tanpa pernak-pernik yang membuatnya indah.

Tuhan... Tiba-tiba hatiku berseru memanggil namaNya.
Dialah sang pencipta... sang pengatur kehidupan makhluknya. Dia jugalah yang menjadi sutradara kehidupanku. Dia sudah menyiapkan segalanya untukku. Termasuk skenario kehidupanku saat ini.

Tapi... bolehkah aku meminta agar itu semua diganti?
Aku hanyalah seorang gadis remaja lemah yang mungkin saja tidak kuat menanggung semua cobaan berat yang diujikan Tuhan.
Bolehkah aku meminta keringanan untuk hidupku?

Tuhan... Saat ini aku masih ingin bisa melihat matahari esok. Masih ingin bernafas di udaraMu yang jernih. Masih ingin bisa tertawa untuk semua orang.

Aku masih ingin hidup...!!!

Aku menangis sendirian di tengah malam yang kelam. Tangisku pelan tanpa suara. Kucoba untuk menguatkan diri... tapi terlalu sulit... terlalu berat.
Kusadari saat ini aku tak kuat lagi... tak kuat untuk bersikap seolah semua baik2 saja.
Ini menyangkut hidupku!!! Menyangkut masa depanku!!!

....

Aku menjerit keras saat membayangkan mungkin saja masa depanku akan segelap langit malam di luar sana.

Ketakutan menjalari seluruh tubuhku. Meresap masuk hingga ke dalam hati.
Kesedihan yang kurasakan tiba2 berubah menjadi kemarahan besar. Aku mengamuk. Entah pada apa dan siapa. Perasaanku seolah tercabik-cabik. Lebih sakit dari saat aku merasakan patah hati.

Aku bangkit dari tidurku. Kuamati wajahku di cermin. Kuamati tubuhku yang terbungkus piyama.
Sosok di dalam cermin begitu berantakan dan mengerikan. Tak lagi manis dan penuh senyum. Tapi begitu garang dan terluka.

Bayang2 buruk tentang kemungkinan2 yang akan terjadi membuatku jadi gila. Aku tidak lagi bisa berpikir jernih. Semuanya gelap...gelap... Aku tak bisa melihat apa2!!!

Aku menangis berjam-jam sendirian. Hingga air mata tak lagi bisa mengalir. Mataku terasa perih. Kepalaku mungkin sebentar lagi akan pecah.

Aku lelah... ingin marah pun sudah lelah sekali rasanya.
Dengan perasaan putus asa, aku hanya bisa berbisik lirih pada Tuhan...

"Tolong beri aku kesempatan untuk hidup lebih lama lagi...."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar